Adu Gendut Sapi di Situbondo

Foto: Totok Tugas
Namanya Bagong. Meski baru berusia tiga tahun, berat tubuhnya sudah mencapai 1,1 ton. Harap dimaklum, Bagong adalah sapi hasil persilangan jenis Limosin dan Simental. Kamis siang, 11 September 2014, Bagong diarak berkeliling lapangan alun-alun Besuki, Situbondo, Jawa Timur. Membawa badan yang tambun, Bagong terlihat kepayahan melangkahkan kaki.
Bagong adalah jenis sapi jantan pedaging. Pada 2013 lalu, dia meraih juara pertama sapi tergemuk se-Jawa Timur. Namun, apa arti menjadi juara Bagong pastinya tak paham. Suroso-lah, orang yang paling bergembira atas kemenangan Bagong. Selain mendapat kebanggaan dan gengsi, pria 47 tahun itu menerima uang hadiah sebesar Rp 15 juta.

Dituntun Suroso, Bagong ibarat pragawati di lintasan catwalk yang menjadi pusat perhatian. Punggungnya yang lebar ditutupi selembar kain berwarna ungu. Tak ubahnya selendang yang dikenakan puteri sejagat, tertulis pada kain tersebut tanda kemenangan: "Juara 1 Tingkat Jawa Timur 2013". Ratusan pasang mata mengikuti dia melenggak-lenggok, termasuk Bupati Situbondo Dadang Wigiarto.

Selain Dadang, turut menyaksikan juga Atase Perdagangan Jepang untuk Indonesia Horyu Matsuzaki dan pengusaha tambang Dody Iwa Kusumanjaya. Dua orang tersebut berperan sebagai promotor investasi di Situbondo. 

Siang itu, Bagong rupanya tidak ikut berlomba. Kelas Bagong dianggap sudah level provinsi. Dia hanya didaulat menjadi bintang. Ketika saya jumpai di tenda peristirahatannya, Bagong terlihat gelisah. Sesekali dia membentur-benturkan tanduknya ke tiang bambu. "Kalau banyak orang dia stres," ujar Suroso yang merupakan warga RT 16/RT 03, Desa Wonorejo, Kec. Banyuputih, Situbondo.

Suroso yang sehari-hari berternak menceritakan, dalam beberapa bulan ke depan, Bagong akan dia jual. Maklum saja, sapi pedaging seusia Bagong memang waktunya untuk dilego. Menimbang bobotnya, kata Suroso, Bagong akan dihargai sekitar Rp 40 juta di rumah potong. Meski bertubuh lebih besar dari sapi pada umumnya, Suroso mengaku tak ada yang istimewa dalam cara dia memperlakukan Bagong.

Di Situbondo dan daerah sekitanya, kontes adu gendut sapi sering di lakukan. Jawa Timur memang dikenal sebagai penyuplai sapi nomor satu di Indonesia. Sapi-sapi tersebut di antaranya dikirim dari Situbondo. Di Situbondo, memelihara sapi menjadi budaya turun-temurun. Bupati Situbondo Dadang Wigiarto menceritakan, di Situbondo, sapi berkembang dalam populasi besar dan menjadi penopang perekonomian.

Menurut Dadang, populasi sapi terus meningkat, meskipun tak pernah ada program masif dari pemerintah, serta tak ada juga peternakan-peternakan besar seperti di luar negeri. "Itu artinya memlihara sapi memang sudah menjadi budaya masyarakat Situbondo," kata Dadang. Dokter Hewan Etty Nurhayati, panitia kontes dari Dinas Kesehatan Situbono, berpendapat, tradisi memelihara sapi di bawah oleh para perantau dari Pulau Madura.

Memang, di Situbondo dan sekitarnya, warga keturunan Madura mendominasi. Sehari-hari, sebagian besar masyarakat Situbondo berkomunikasi dalam Bahasa Madura. "Masyarakat Situbondo sangat bersahabat dengan sapi. Mereka bahkan  rela rumahnya berdampingan dengan kandang sapi," ujar Etty.

Sejatinya, kontes hari itu tidak hanya sapi, melainkan juga hewan ternak lain, yakni kerbau, domba, dan kambing. Menurut Etty, kontes hewan ternak sudah kali ke enam digelar di Situbondo. Terdapat 12 kategori yang diperlombakan. Sementara peserta mewakili 17 kecamatan yang ada di Situbondo. Bupati Situbondo Dadang Wigiarto menyampaikan, Situbondo kaya dengan potensi ekonomi. Untuk itu, dia berharap, akan banyak investor yang tertarik menanamkan modal di Kota Santri tersebut. 

Cat.: Tulisan ini pernah terbit di Harian Republika, 17 September 2014. 

POSTED BY
POSTED IN ,
DISCUSSION 0 Comments

Leave a Reply